AKREL (21/04/2022), Program Studi Teknologi Produksi Ternak Unggas (Prodi PTU) Akademi Komunitas Negeri Rejang Lebong (AKREL) dimana bertepatan dengan hari Kartini, melaksanakan kegiatan Webinar Kewirausahaan dengan tema “Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Mahasiswa Melalui Budidaya dan Pemasaran Itik” Dalam kesempatan ini, kegiatan dilaksanakan secara virtual dengan menggunakan aplikasi Zoom Meeting dengan menghadirkan pemateri yang kreadible dibidangnya masing-masing. Pemateri dari dunia usaha dan dunia industri diisi oleh drh. Agus Prayitno dari PT. Satwa Primaindo – Duck Kemitraan Jakarta dengan tema “Strategi Budidaya Itik Pedaging (Peking)” sedangkan dari Akademisi diisi oleh Sri Handayani, SP., M.E.P dari Politeknik Negeri Lampung (POLINELA) dengan tema “Analisis Usaha dan Strategi Kewirausahaan Itik”.
Dalam pemaparan materinya, drh. Agus Prayitno menyampaikan terkait dengan strategi dalam budidaya ternak itik, baik kendala, teknik budidaya, jenis ternak itiknya dan pola kerjasama. “Dalam budidaya ternak itik, ada beberapa kendala yang dihadapai diantaranya terkait dengan pengadaan Day Old Duck (DOD) dimana belum banyak yang menyediakannya, harga yang lumayan mahal dan kualitas dari DOD yang dihasilkan belum maksimal/baik” ungkapnya.
“untuk budidaya kendala yang sering dihadapi dalam beternak itik adalah tenaga kerja yang latar belakang pendidikannya tidak dibidang peternakan, penyakit yang sering menyerang ternak itik, misalnya Avian Influence, New Duck Disease dan Aspergillosis serta manajemen pemeliharaannya” lanjutnya.
“Jenis kandang yang digunakan dalam budidaya ternak itik umumnya adalah kandang postal, kandang panggung serta kandang Closed Housed, namun dari ketiga kandang tersebut memiliki kekurangan masing masing, seperti kandang postal dalam mengelola amoniak dan density rendah dan pada kandang panggung ke dalam pengendalian suhu. Namun untuk mengatasi kekurangan tersebut disarankan dengan kandang closed housed” imbuh Agus sapaan akrabnya.
Pada keseluruhannya memang diharapkan dari manajemen pemeliharaannya serta manajemen pakan dalam budidaya ternak itik serta breedingnya. Dalam hal breeding/bibit yang digunakan haruslah dari penetasan dan breeding yang terpercaya, bibit sudah teruji dan bermutu tinggi (BW, unifornity, mortalitas rendah dan free pullorum) dan untuk pakan menggunakan pakan jadi pabrikan, misalnya dari charoen pokhpon.
“Untuk menjaga kandang dari masuknya agen penyakit dan menjaga agar agen penyakit tidak menyebar di daerah kandang tersebut, harus diperhatikan juga biosecuritynya serta memperhatikan juga biosafety dimana orang-orang yang bekerja dengan menggunakan bahan-bahan biologi berbahaya bisa terlindungi dari bahan tersebut jika menggunakan bahan-bahan tersebut”, tambahnya.
Untuk pemateri kedua, tema yang disampaikan adalah “analisis usaha dan strategi kewirausahaan itik” dimana Sri, sapaan akrab pemateri dari POLINELA ini menyampaikan bahwa ternak itik merupakan penyumbang kedua terbesar setelah ayam ras terhadap produksi telur nasional dan produksi telur itik nasional mengalami peningkatan sebanyak 328.686 ton pada tahun 2020 terhadap tahun sebelumnya.
“Teknis budidaya itik ini mudah dilakukan, biaya produksi yang terjangkau karena memanfaatkan bahan lokal yang mudah didapat, untuk pakan ternak 40% dan ditambah 60% pakan pabrikan, kemudian telur itik juga merupakan salah satu komoditas asal ternak yang disukai oleh konsumen” pungkas Sri.
Terkait dengan peluang usaha itik petelur, Sri menyampaikan bahwa sangat terbuka sekali peluang untuk dilakukan karena permintaan pasar tehadap produk itik (telur dan daging, red) secara nasional masih sangat besar, untuk mengantisipasi lonjakan permintaan tersebut, pemeliharaan itik secara tradisional maupun intensif sangat layak dikembangkan karena konsumsi telur kita masih sangat tinggi yaitu 28,16/kapita/tahun.
Kemudian tingkat kesukaan pembeli terhadap telur itik juga tinggi, baik untuk konsumsi sehari-hari maupun sebagai bahan baku pembuatan makanan ringan/kue. Dan juga kebutuhan masyarakat akan bahan pangan kaya protein hewani, sebagai akibat membaiknya pendapatan dan pengetahuan akan gizi.
Sri menyampaikan kepada peserta webinar, terkhusus mahasiswa bahwasanya peluang untuk berwirausaha dibidang peternakan terkhusus ternak itik sangat menjanjikan untuk dilakukan, terlebih lagi mahasiswa merupakan kaum intelektual yang dia sangat yakin akan mampu untuk mengembangkan usaha ini.
Diakhir paparannya, Sri menyampaikan hal penting dalam merintis suatu usaha yaitu bidang dan jenis usaha yang dimasuki, bentuk usaha dan bentuk kepemilikan, tempat/lokasi usaha, jaminan usaha yang akan diperoleh dan lingkungan usaha yang akan berpengaruh.
Kemudian untuk mengembangkan usaha dalam bidang ternak itik harus melakukan budidaya ternak itik secara profesional, mengolah telur itik menjadi produk bernilai jual tinggi, daya simpan lebih lama, produk dengan banyak varian, serta disukai oleh banyak orang. Untuk kwalitas produk, bahan baku yang digunakan bahan yang berkualitas baik dan murah, proses produksi yang bersih/higienis, kemasan yang menarik serta memiliki perizinan dan sartifikat halal.
Ditempat terpisah, Nining selaku Koordinator Prodi PTU sangat berterima kasih kepada segenap panitia acara yang telah memberikan waktunya agar terlaksananya acara ini dan dihadiri dari PTN, sekolah dan masyarakat umum di Indonesia. “saya mengucapkan terima kasih kepada panitia yang telah mempersiapkan dan melaksanakan acara ini. Acara ini juga dihadiri dari beberapa PTN di Indonesia. Selain dari PTN, saya lihat juga ada yang berasal dari masyarakat umum dan siswa sekolah”, ungkap nining.
Penulis : Tri Putra Syawali