AKREL (04/07/2022), Pandu Gusti Ananda, A.Ma.Pi lulusan D2 AKREL Program Studi BAT tahun 2015 yang mendirikan usaha bernama” PANDU LELE”. Pandu Lele mulai berdiri pada tanggal 17 Agustus 2012 bertempat di Desa Tempel Rejo, Gang Gumarang Kecamatan Curup Selatan Kabupaten Rejang Lebong. Setelah saya menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), saya merintis usaha ikan lele dari nol, dimulai dari usaha pembesaran ikan lele dikolam terpal dengan modal yang sangat minim dan lahan yang tidak terlalu luas, pokoknya pada saat itu saya belum terlalu serius dalam menjalankan usaha ini. Pandu mengaku lebih memahami dan mengenal dunia perikanan lebih dalam saat dirinya masih duduk di bangku kuliah, terlebih lagi setelah mengikuti kuliah Praktek Kerja Lapang di POKDAKAN Lele Lempuing. Pada saat itu ia melihat adanya peluang bisnis yang menarik dan menjanjikan yaitu usaha benih lele. “Saya jualan benih ikan lele sambil menyusun tugas akhir karena saya waktu itu mahasiswa tingkat akhir di AKREL, awalnya saya hanya mengambil benih di Bengkulu kemudian saya menjual lagi di daerah Curup (menjadi tangan ke dua, .red), keuntungan pada saat itu saya hanya mengambil Rp. 150 untuk 1 ekor benih ikan dengan omset sekitar Rp. 3.000.000.,/bulan. Setelah melihat permintaan benih cukup banyak, saya berfikir untuk memijahkan dan menghasilkan benih sendiri. berbekal ilmu dan pinjaman indukan dari tempat PKL, saya memberanikan diri untuk memulainya” ungkapnya.
Pada tahun 2016, bisnis semakin berkembang dan sudah dikenal oleh masyarakat Rejang Lebong sebagai penyedia benih lele. Pandu Lele berpindah lokasi ke Desa Dusun Sawah, Kecamatan Curup Utara Kabupaten Rejang Lebong, hal ini dikarenakan kendala lahan yang sempit. Pada saat itu hanya bermodalkan Rp. 2.125.000., untuk pembelian kolam terpal 2×3 cm, 1 pasang induk lele, 3 kakaban (alat menempelkan telur), pakan larva dan ember sortir. Sistem penjualan dan promosi yang Pandu lakukan melalui mulut kemulut dan sosial media (facebook, whatshaap dan instagram). ”Konsumen kebanyakan memesan benih lele lewat facebook dan whatshapp dan banyak juga yang datang langsung ke tempat saya, strategi pemasaran yang saya gunakan biasanya saya memberikan bonus pembelian benih dan untuk konsumen pemula saya bagikan tips cara pemeliharaan ikan lele dan jenis-jenis pakannya” pungkasnya.
Kolam terpal yang pada awalnya hanya 3 kolam sekarang bertambah menjadi 10 kolam, berdasarkan perhitungan rata-rata per bulan Pandu bisa meraup omset sekitar Rp. 11 juta per bulan dengan menyediakan benih lele ukuran 3,5 cm, ukuran 4,6 cm dan ukuran 5,7 cm. “Dari hasil penjualan benih ikan, alhamdulillah saya mampu membeli tanah mertua yang saat ini ditempati untuk usaha, membangun rumah yang menjadi tempat tinggal saya dan keluarga. Usaha ini saya jalankan bersama sang istri, dan kedepannya untuk memperluas usaha akan mengajak anggota keluarga yang lain. Kenapa saya memilih usaha pembenihan ikan lele, karena ikan lele perawatannya relatif murah, cepat panen dan perputaran uangnya cepat, selain itu ikan lele memiliki pangsa pasar yang cukup luas” tambahnya.
Selain Pandu Gusti Ananda, ada satu lagi alumni Program Studi BAT yang menjalankan usaha yang sama yaitu Aji Ashabil Yamin dalam penjualan benih lele. Aji (sapaan akrabnya) memulai usaha dilahan persawahan di dekat rumahnya Desa Barumanis Kecamatan Bermani Ulu Kabupaten Rejang Lebong. Aji bercerita telah memulai karir sebagai wirausaha sejak tahun 2019, “Ketika itu saya masih berstatus sebagai mahasiswa. saya memulai usaha perikanan dengan skala kecil di dekat tempat tinggal berbekal ilmu yang ditekuni semasa kuliah di AKREL” pungkas Aji. “ Waktu itu saya mencoba usaha pembesaran ikan lele di kolam terpal dengan ukuran 2 x 3 meter dengan padat tebar 1.000 ekor dengan modal benih Rp. 350.000., dan modal pakan Rp. 350.000., dan modal kolam terpal kurang lebih Rp. 300.000., dalam waktu tiga bulan 10 hari ikan dipanen dengan hasil 100 kg ikan. Pembesaran ini dikatakan berhasil dengan perhitungan FCR pakan 1 (1 kg pakan bisa menghasilkan 1 kg daging ikan)” tambah Aji.
Pada awal tahun 2021, Aji beralih usaha dari pembesaran ke pembenihan (penyediaan benih). ”Setelah beberapa kali melakukan usaha pembesaran, saya berfikir bagaimana cara untuk meminimkan modal pembesaran karena modalnya cukup besar di pakan. Jadi saya berinisiatif untuk membeli indukan ikan lele sendiri dan memijahkannya dengan modal awal Rp.1.000.000. Pertama kali mencoba memijahkan, alhamdulillah indukan lele memijah akan tetapi telur-telur yang dihasilkan pada gak jadi/busuk. Kemudian saya mencoba dan mengulangi lagi hingga berhasil menetaskan 4 ribu ekor. Pemijahan berikutnya saya berhasil memperoleh benih sekitar 7 ribu ekor sehingga bisa mengembalikan modal pembelian induk dan pakan” imbuh Aji.
Setelah beberapa kali pemijahan dan terjadi kegagalan akhirnya diperoleh akar permasalahannya yaitu pada kualitas induk yang kurang baik. Solusi yang diambil yakni membeli indukan yang bersertifikat dengan modal Rp.750.000. Indukan bersertifikat akan menghasilkan benih yang baik kualitas pertumbuhannya. Induk yang bersertifikat lebih mudah untuk memijah dan bisa menghasilkan kurang lebih 10 ribu ekor benih disetiap pemijahannya dengan omset satu bulannya sebesar Rp. 3.500.000., untuk satu ekor induk. Dalam merintis sebuah usaha menurut Aji dibutuhkan keuletan dan kesabaran, karena dibalik kesuksesan dalam merintis sebuah usaha pasti ada pasang surutnya (untung maupun rugi). “Namun kita tak boleh menyerah disaat harus melewati kerugian dan kegagalan. Dari kerugian dan kegagalan itu kita mencari solusi dengan melihat akar permasalahannya” pungkas Aji.
Sadisman hadi, S.PI selaku Koordinator Program Studi Budidaya Perikanan Air Tawar (BAT) mengatakan “memberikan kegiatan berwirausaha akan membentuk kemandirian dalam berwirausaha, paradigma berfikir pada mahasiswa maupun alumni Program Studi Budidaya Perikanan Air Tawar. Dimana perilaku kemandirian berwirausaha adalah bertanggung jawab, bisa menyelesaikan masalah sendiri serta kebebasan untuk menentukan keputusan sendiri. Selain itu, yang menjadi faktor pendukung mahasiswa dan alumni untuk berwirausaha yaitu sikap alumni yang ingin maju dan dukungan dari kampus AKREL seperti menyediakan program-program penunjang yang berkaitan dengan kegiatan wirausaha. Semoga alumni Program Studi Budidaya Perikanan Air Tawar yang sudah memiliki usaha bisa menjadi contoh dan motivasi untuk adek-adek tingkatnya” pungkas Hadi sapaan Koordinator Program Studi BAT.
Penulis : Asih Sriyati